Kota Bau-Bau, Sulawesi Tenggara merupakan kawasan seribu pulau, seribu benteng dan istilah seribu lainnya. Pulau Buton (Kota Bau-Bau) secara geografis, merupakan kawasan timur jazirah tenggara Pulau Sulawesi. Benteng Keraton Buton adalah bekas peninggalan Kesultanan Wolio / Buton dan biasa disebut BENTENG KERATON WOLIO. Benteng Keraton ini juga masuk Guiness of Record pada tahun 2006 dan rekor MURI Sebagai benteng Terluas di dunia. Panjang keliling benteng tersebut 3 kilometer dengan tinggi rata-rata 4 meter dan lebar (tebal) 2 meter.
Benteng Keraton Buton di tahun 1928 |
Pada awalnya, benteng tersebut hanya dibangun dalam bentuk tumpukan batu yang disusun mengelilingi komplek istana dengan tujuan untuk membuat pagar pembatas antara komplek istana dengan perkampungan masyarakat sekaligus sebagai benteng pertahanan. Pada masa pemerintahan Sultan Buton IV yang bernama La Elangi atau Sultan Dayanu Ikhsanuddin, benteng berupa tumpukan batu tersebut dijadikan bangunan permanen. Pada masa kejayaan pemerintahan Kesultanan Buton, keberadan Benteng Keraton Buton memberi pengaruh besar terhadap eksistensi Kerajaan. Dalam kurun waktu lebih dari empat abad, Kesultanan Buton bisa bertahan dan terhindar dari ancaman musuh. Konon pada masa pembuatan benteng keraton ini bahan baku utama yang digunakan adalah batu-batu gunung yang disusun rapi dengan kapur dan rumput laut (agar-agar) serta putih telur sebagai bahan perekat. Luas seluruh kompleks keraton yang dikitari benteng meliputi 401.911 meter persegi. Area yang demikian luas itu mengalahkan benteng terluas di dunia sebelumnya yang berada di Denmark. Dengan demikian, Benteng Keraton tercatat sebagai yang terluas di dunia. Luasnya benteng ini bukan sekadar isapan jempol, di dalam kompleks benteng melingkupi satu wilayah kelurahan, dengan nama kelurahan Melai, dan tercatat sebagai salah satu kawasan terpadat di kota ini.
Banyak obyek menarik di dalam benteng Keraton Wolio itu. Di sana ada batu Wolio, batu popaua, masjid agung, makam Sultan Murhum (Sultan Buton pertama), Istana Badia, dan meriam-meriam kuno. Batu Wolio adalah sebuah batu biasa berwarna gelap. Besarnya kurang lebih sama dengan seekor lembu sedang duduk berkubang. Konon, di sekitar batu inilah rakyat setempat menemukan seorang putri jelita bernama Wakaa-Kaa yang dikatakan berasal dari Tiongkok.
Ada satu hal menarik yang patut diketahui penduduk di Nusantara terhadap keberadaan benteng Keraton Buton, yakni sebuah benteng yang tidak hanya berdiri dan diam membisu. Namun, di dalam kawasan benteng keraton terdapat aktivitas masyarakat yang tetap melakukan berbagai macam ritual layaknya yang terjadi pada masa kesultanan berabad abad lalu. Di dalam kawasan benteng terdapat permukiman penduduk yang merupakan pewaris keturunan dari para keluarga bangsawan Keraton Buton masa lalu. Di tempat ini juga terdapat situs peninggalan sejarah masa lalu yang masih tetap terpelihara dengan baik. Di tengah benteng terdapat sebuah masjid tua dan tiang bendera yang usianya seumur masjid dan Terbuat dari kayu jati dengan ketinggian 27 meter dari permukaan tanah. Yang dibangun pada masa pemerintahan Sultan Buton III La Sangaji Sultan Kaimuddin atau dikenal dengan julukan ‘Sangia Makengkuna’ yang memegang takhta antara tahun 1591-1597.
Pengurus / Perangkat Masjid Keraton Buton setelah selesai melaksanakan sholat Jum'at. Mereka yang melestarikan pelaksanaan tata cara pelaksanaan ibadah seperti zaman kesultanan Buton. Uniknya saat azan sholat Jum'at dilakukan oleh 4 orang secara bersamaan. setelah selesai sholat Jum'at mereka melakukan doa bagi keselamatan kampung dan warga di sekitar Kesultanan Buton sampai menjelang sholat ashar.
Tetapi, ada sedikit bau mistik di dalam masjid tua itu. Di belakang mimbar khatib atau di ujung kepala imam tatkala dalam keadaan sujud terdapat pintu gua yang disebut ”pusena tanah” (pusat bumi) oleh orang-orang tua di Buton. Konon dari dalam gua itu keluar suara azan pada suatu hari Jumat. Peristiwa itu menjadi latar belakang pendirian masjid di tempat tersebut. Ketika masjid itu direhabilitasi pada tahun 1930-an, pintu gua tadi ditutup dengan semen sehingga ukurannya lebih kecil menjadi sebesar bola kaki. Lubangnya diberi penutup dari papan yang bisa dibuka oleh siapa yang ingin melihat pintu gua itu.
Salah satu rumah adat yang ada di kawasan Benteng Keraton Buton |
Di salah sebuah kamar Kamali (istana) Badia, masih di kompleks keraton, terdapat meriam bermoncong naga. Meriam bersimbol naga tersebut dibawa leluhurnya Wakaa-kaa dari Tiongkok sekitar 700 tahun silam. Meriam itu masih memiliki peluru dan masih bisa diledakkan. Kamali Badia itu sendiri tidak lebih dari rumah konstruksi kayu khas Buton sebagaimana rumah anjungan Sultra di Taman Mini Indonesia Indah Jakarta. Sesuai tradisi, rumah atau istana Kesultanan Buton harus dibuat keluarga sultan dengan biaya sendiri.
Khusus Benteng Keraton Buton yang aslinya disebut Keraton Wolio dibangun pada masa pemerintahan Sultan Buton VI (1632-1645), bernama Gafurul Wadudu. Benteng ini berbentuk huruf dhal dalam alpabet Arab yang diambil dari huruf terakhir nama Nabi Muhammad SAW.
Benteng Keraton Wolio memiliki 12 pintu gerbang (lawa) dan 16 pos jaga (Baluara). Tiap pintu gerbang (lawa) dan
pos jaga (Baluara) dikawal empat sampai enam meriam.
Lawa dalam bahasa Wolio berarti pintu gerbang .12 Nama lawa diantaranya : lawana rakia, lawana lanto, lawana labunta, lawana kampebuni, lawana waborobo, lawana dete, lawana kalau, lawana wajo/bariya, lawana burukene/tanailandu, lawana melai/baau, lawana lantongau dan lawana gundu-gundu
Kata baluara berasal dari bahasa portugis yaitu 'baluer' yang berarti bastion/pos jaga. Baluara dibangun bersamaan dengan pembangunan 'godo' (gudang). Dari 16 baluara 2 diantaranya memiliki godo (gudang) yang terletak diatas baluara tersebut yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan peluru dan mesiu. 16 Nama Baluara : baluarana gama, baluarana litao, baluarana barangkatopa, baluarana wandailolo, baluarana baluwu, baluarana dete, baluarana kalau, baluarana godona oba, baluarana wajo/bariya, baluarana tanailandu, baluarana melai/baau, baluarana godona batu, baluarana lantongau, baluarana gundu-gundu, baluarana siompu dan baluarana rakia
Meriam ini bekas persenjataan Kesultanan Buton peninggalan Portugis dan Belanda yang dapat ditemui hampir pada seluruh benteng di Kota Bau-Bau.
Suasana kota Bau-Bau pada Sore hari |
Pemandangan kota Bau-Bau dari salah satu lawa di benteng keraton |
Maka tidak heran kalau BENTENG KERATON WOLIO menjadi benteng Terluas di DUNIA.
makasih gan info nya sangat bermanfaat
BalasHapussaya tunggu info lain nya